SUPERNOVA : Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

SUPERNOVA : Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Dewi Lestari (Dee)
Truedee Books
Cetakan I, Januari, 2001

ISBN : 979-96257-0-X

Salah satu seri terbaik novel Indonesia, dari salah satu penulis terbaik Indonesia. SUPERNOVA sendiri baru-baru ini telah diterbitkan episode terbarunya : Intelegensi Embun Pagi. Saya sangat tertarik untuk membacanya, namun sayang rasanya bila tak membaca runut semua episode SUPERNOVA, jadilah saya membaca serinya dari yang pertama.

“Membingungkan” – hal itu yang pertama terbesit dalam benak saya saat membaca beberapa halaman awal, tak lama kemudian ternyata saya mengerti betul gaya cerita yang ditawarkan penulis. Berbagai sudut pandang, berbagai kerangka berpikir namun hanya 3 yang utama : sang penulis, sang tokoh, dan sang Supernova sendiri. Membingungkan ?

Sang penulis sendiri digambarkan sebagai pasangan homoseksual bernama Dhimas dan Ruben yang berencana menulis suatu masterpiece milik mereka berdua. Ternyata bentuknya adalah sebuah cerita kompleks yang membawa pembaca keluar dari masing-masing kerangka mengikat dan membiarkan pembaca bebas menafsirkan apa yang dimaksud penulis.

Sang tokoh berdiri sebagai tiga orang, yang menggambarkan Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Semuanya dipikirkan secara matang oleh Dhimas dan Ruben seperti layaknya penulis yang akan menulis sebuah cerita, tentu harus ditentukan latar belakang, sifat, pemikiran tokoh dengan gamblang. Ferre yang dilukiskan sebagai Ksatria, Rana yang digambarkan sebagai seorang Puteri, dan Diva yang merupakan kiasan Bintang Jatuh.

Bagi saya pribadi, karakter Supernova tidak terbayang pada awalnya. Mengingat di generasi saya sangat minim yang mengenal sosial media ICQ dan Supernova di sini berperan sebagai salah satu pengguna ICQ yang rutin membalas semua chat  yang masuk ke kotak Inbox-nya. Walaupun begitu, saya tetap bisa mengerti, bagaimana Dee menjelaskan bahwa Supernova berada di alam lain – kali ini internet.

Dee menggambarkan seluruh kerangka dengan baik dan detil. Baru beberapa halaman kemudian saya mengerti, bahwa kisah tentang Ferre, Rana, dan Diva adalah cerita utuh yang dibuat dan diketik oleh Dhimas dan Ruben. Sangat intelek, membawa tokoh penulis, dan hasil tulisan si penulis dalam satu kesatuan cerita yang sempurna. Ditambah karakter Supernova yang memiliki kerangka berpikir sangat bebas, terlepas dari pemikiran manusia konvensional lainnya, Supernova membawa suatu pencerahan bagi setiap orang yang sedang chatting dengannya.

Sains yang dibawa pun cukup membingungkan namun mengasyikan untuk terus menerus dibaca dan menambah pengetahuan. Sedikit kuantum hingga paradoks Schrodinger’s Cat dijelaskan dalam buku ini, yang berarti buku ini tidak hanya menawarkan suatu gaya baru dalam menulis novel atau plot-twist saja, namun juga pengetahuan sains modern dibawa Dee untuk menambah pengetahuan pembaca seri SUPERNOVA ini. Beberapa bahasa asing, bahkan ada bahasa Indonesia yang tidak lazim kita dengar di telinga disuguhkan dengan baik sehingga kaum awam juga dapat menerka dan mengerti definisi yang dibawa penulis.

Tidak hanya itu, penggambaran latar yang sangat baik dari Dee membawa imajinasi liar pembaca menuju lapangan kosong. Latar yang sangat berbeda antara lokasi Dhimas dan Ruben, betapa ekslusifnya kehidupan Ferre, bagaimana abstraknya rumah tangga Rana, dan kehidupan malam seorang Diva namun dapat dibawakan secara mulus oleh Dee dengan segala kemampuannya.

Ditambah selingan-selingan potongan puisi yang bermakna dalam, novel ini patut dibaca oleh semua kalangan, entah anda seorang pecinta literasi maupun seorang awam yang mencari kesibukan baru kaya manfaat karena Dee membuka luas domain para pembacanya sehingga tak terbatasi oleh umur maupun kalangan tertentu saja.

Christopher Chandra